Dalam beberapa tahun terakhir, dunia bisnis berubah lebih cepat dari yang bisa dibayangkan. Perusahaan dituntut untuk lebih lincah, responsif, dan selalu siap melayani di mana pun pelanggannya berada.
Namun, tantangan muncul ketika semua itu masih bergantung pada infrastruktur IT yang terpusat, yang sejak awal tidak dirancang untuk beban kerja dan arus data real-time dari lokasi-lokasi edge. Akibatnya? Latency meningkat, risiko downtime, dan biaya bandwidth terus menekan.
Inilah celah yang coba dijawab oleh edge infrastructure yakni pendekatan baru yang memungkinkan pemrosesan data terjadi lebih dekat ke sumbernya. Tapi apa sebenarnya edge infrastructure, dan mengapa kehadirannya jadi semakin krusial? Selengkapnya, simak ulasan berikut.
Apa Itu Edge Infrastructure dan Mengapa Dibutuhkan Sekarang?
Bayangkan kalau setiap data dari toko, pabrik, atau cabang harus dikirim dulu ke pusat atau ke cloud untuk diproses. Proses ini butuh waktu, tergantung koneksi internet, dan sering kali menyebabkan keterlambatan, terutama saat jaringan sedang lambat atau terputus. Di sinilah edge infrastructure berperan.
Edge infrastructure adalah pendekatan teknologi di mana data diproses langsung di tempat data itu dihasilkan, bukan harus dikirim jauh ke pusat. Dengan bantuan perangkat komputasi lokal atau micro data center, perusahaan bisa mengambil keputusan secara real-time, tanpa tergantung koneksi pusat.
Kenapa ini jadi penting sekarang? Karena bisnis makin tersebar, perangkat makin banyak, dan pelanggan menuntut kecepatan. Mulai dari sensor IoT di pabrik, kasir di toko, sampai kamera keamanan, semuanya menghasilkan data dalam jumlah besar, dan tidak semuanya perlu dikirim ke cloud. Sebagian justru harus segera diproses di lokasi agar layanan tetap jalan, cepat, dan tidak terganggu.
5 Tantangan Perusahaan Saat Ini dalam Mengelola Infratruktur Data
Transformasi digital seharusnya menjadi akselerator bagi bisnis. Namun dalam praktiknya, banyak organisasi masih bergulat dengan tantangan yang kompleks dan berlapis, terutama ketika sistem lama tidak mampu mengikuti dinamika bisnis yang tersebar secara geografis dan sangat bergantung pada data real-time.
1. Visibilitas Terbatas
Di banyak perusahaan, sistem operasional masih berjalan secara terpisah antar lokasi—baik antar pabrik, kantor cabang, maupun titik layanan pelanggan. Akibatnya, tim pusat kesulitan mendapatkan visibilitas menyeluruh secara real-time.
2. Ketergantungan Cloud Tanpa Backup Lokal
Meskipun cloud telah menjadi bagian penting dari strategi digital, banyak perusahaan menjadi terlalu bergantung pada konektivitas ke pusat data atau cloud publik. Saat terjadi gangguan jaringan atau latency tinggi, layanan di lokasi edge, seperti toko, gudang, atau site manufaktur bisa langsung lumpuh.
3. Biaya Bandwidth Meningkat
Untuk mengirimkan seluruh data operasional ke cloud atau pusat data utama, perusahaan harus menyediakan kapasitas bandwidth yang besar dan stabil. Di era big data dan video analytics, ini bukan hanya soal teknis, tapi juga beban finansial tetap yang terus meningkat.
4. Keterbatasan Staf IT di Lokasi Edge
Banyak lokasi operasional, terutama di area remote atau non-urban, tidak memiliki dukungan tenaga IT on-site. Ketika terjadi kendala teknis, penanganan troubleshooting sering kali bergantung pada tim pusat atau kunjungan fisik, yang memakan waktu dan biaya.
5. Downtime Operasional
Setiap menit downtime di sektor seperti retail, logistik, atau manufaktur berarti hilangnya pendapatan, rusaknya pengalaman pelanggan, dan potensi kerusakan reputasi brand.
Lantas apa solusinya? Edge infrastructure bisa menjawab kebutuhan perusahaan kini membutuhkan solusi yang lebih dekat ke sumber data, lebih adaptif terhadap kondisi lokal, dan lebih otonom dalam pengelolaan, tanpa mengorbankan kontrol pusat dan efisiensi biaya.
Bagaimana Edge Infrastructure Dapat Mengatasi Tantangan Pengelolaan Data Bisnis Modern?
Solusi edge yang benar bukan hanya soal perangkat yang ditempatkan di lokasi cabang. Ia harus membawa tiga karakter utama agar bisa benar-benar menjawab kebutuhan bisnis saat ini:
1. Responsif
Edge computing harus mampu merespons kebutuhan data real-time. Bukan sekadar menyimpan data, tetapi mengolah, menginterpretasi, dan men-trigger aksi langsung di lokasi. Ini sangat penting untuk retail, produksi otomatis, dan pemantauan layanan publik.
2. Scalable
Pertumbuhan lokasi operasional dan volume data tidak boleh menjadi beban besar untuk ekspansi. Infrastruktur edge modern harus modular dan mudah ditingkatkan tanpa menunggu proyek migrasi skala besar.
3. Cerdas
Dengan mengintegrasikan teknologi pintar seperti monitoring berbasis cloud, otomatisasi pemeliharaan, dan AI lokal, edge bisa menjadi simpul pengambilan keputusan yang efisien tanpa selalu menunggu instruksi dari pusat.
5 Contoh Penerapan Edge Infrastructure di Berbagai Industri
1. Retail: Tetap Aktif di Setiap Toko
Di industri retail, edge computing memungkinkan setiap toko memproses transaksi, mengelola stok, dan menganalisis perilaku pembeli secara langsung di lokasi. Bahkan jika koneksi ke pusat terputus, toko tetap bisa beroperasi normal tanpa mengganggu pengalaman pelanggan.
2. Manufaktur: Otomatisasi & Kendali Kualitas Real-Time
Pabrik kini dipenuhi sensor yang terus mengirim data dari jalur produksi. Dengan micro data center lokal, data ini bisa langsung dianalisis untuk keperluan quality control, prediksi kerusakan mesin, hingga penghematan energi, semuanya tanpa harus menunggu respon dari pusat.
3. Layanan Kesehatan: Keputusan Medis Lebih Cepat
Klinik atau rumah sakit di daerah terpencil bisa memproses data pasien, hasil lab, hingga pencitraan medis langsung di lokasi. Hal ini mempercepat pengambilan keputusan medis dan mendukung pelayanan kritis tanpa bergantung pada koneksi internet atau cloud.
4. Logistik & Transportasi: Pengiriman Tanpa Gangguan
Di pusat distribusi, edge infrastructure memungkinkan pemantauan langsung terhadap pergerakan barang, kendaraan, hingga kondisi cuaca lokal. Semua informasi ini bisa diolah secara real-time untuk menghindari keterlambatan pengiriman atau gangguan operasional.
5. Pertambangan & Energi: Operasi Mandiri di Lokasi Ekstrem
Industri yang beroperasi di wilayah terpencil seperti tambang atau ladang minyak membutuhkan sistem yang bisa bekerja mandiri. Dengan edge, sistem pemantauan dan kontrol tetap berjalan meskipun tanpa koneksi internet, bahkan dalam kondisi ekstrem sekalipun.
Setelah melihat bagaimana edge infrastructure memberi dampak nyata di berbagai industri, dari retail hingga pertambangan, pertanyaannya adalah: bagaimana cara menerapkannya secara efisien dan andal di lapangan?
Baca Juga: Apa Itu Edge Network dan Mengapa Penting untuk Infrastruktur Jaringan Bisnis Modern?
Schneider Electric: Solusi Edge Infrastructure yang Siap Diimplementasikan
Di sinilah peran Schneider Electric menjadi krusial. Melalui solusi Schneider Edge Infrastructure, perusahaan menghadirkan pendekatan komprehensif yang menyatukan perangkat keras, perangkat lunak, dan sistem monitoring dalam satu ekosistem modular.
Solusi ini dirancang untuk langsung bisa digunakan (pre-integrated), mudah disesuaikan dengan skala kebutuhan, dan dapat diimplementasikan di lingkungan edge dengan keterbatasan fisik maupun konektivitas.
Solusi ini telah terbukti relevan di berbagai sektor:
- Di retail, sistem micro data center Schneider menjaga transaksi tetap berjalan meski koneksi ke pusat terganggu.
- Di pabrik, monitoring real-time dari EcoStruxure memungkinkan kendali mutu otomatis dari sensor produksi.
- Di klinik terpencil, pengolahan data medis berjalan lokal dengan jaminan uptime dari sistem UPS terintegrasi.
- Di logistik, visibilitas penuh terhadap perangkat dan kendaraan didukung pemantauan jarak jauh.
- Bahkan di wilayah ekstrem seperti tambang, unit edge Schneider tetap stabil karena desain tahan lingkungan dan manajemen power built-in.
Apa Saja Keunggulannya?
- Langsung Siap Pakai
Hadir dalam bentuk pre-integrated system, yang artinya tidak perlu membangun infrastruktur dari nol. Cukup install di lokasi edge, dan sistem sudah siap beroperasi.
- Skalabilitas Tinggi
Modularitas memungkinkan solusi tumbuh sesuai kebutuhan. Mulai dari satu titik edge di toko kecil, hingga ratusan node edge di jaringan distribusi nasional.
- Monitoring Real-Time & Remote Support
Dengan EcoStruxure Monitoring Platform, semua edge node bisa dipantau dari pusat. Tim IT cukup melihat satu dasbor untuk troubleshooting, performa, dan status power.
- Keamanan Fisik & Digital Terpadu
Edge node Schneider dilengkapi sistem keamanan pintu, sensor lingkungan, hingga proteksi siber. Ini penting, terutama di lokasi terbuka dan minim pengawasan.
Komponen Solusi Utama
- EcoStruxure IT Monitoring Platform
- Memberikan visibilitas menyeluruh terhadap infrastruktur edge—mulai dari suhu, beban daya, hingga keamanan akses fisik. Platform ini juga mendukung perencanaan dan pemantauan efisiensi energi serta pengelolaan aset secara terpusat dan real-time.
- Integrated UPS Systems
Menjamin ketersediaan daya cadangan yang andal untuk menjaga kelangsungan operasional, terutama di sektor-sektor kritikal seperti layanan kesehatan, keuangan, manufaktur, hingga fasilitas publik. UPS terintegrasi ini memastikan sistem tetap berjalan meskipun terjadi gangguan listrik, mendukung stabilitas infrastruktur edge secara menyeluruh.
- Micro Data Center Modular
Solusi terintegrasi dalam satu rack yang mencakup power, cooling, monitoring, dan security. Dirancang untuk pemasangan cepat di lokasi edge seperti toko ritel, perbankan, pabrik, pertambangan, hingga kontainer lapangan—tanpa perlu ruang server khusus.
Bangun Edge Infrastructure yang Scalable dan Responsif Bersama Virtus
Sebagai mitra resmi Schneider Electric, Virtus Technology Indonesia (Part of CTI Group) membawa pengalaman panjang dalam implementasi edge infrastructure di berbagai sektor industri di Indonesia. Tim Virtus tidak hanya menjual solusi, kami dapat membantu membangun roadmap transformasi yang sesuai konteks bisnis, anggaran, dan kompleksitas operasional Anda.
Siap membangun infrastruktur edge yang lebih responsif, scalable, dan cerdas? Pelajari lebih lanjut solusi terintegrasi dari Schneider Electric melalui Virtus Technology Indonesia.
Penulis: Ary Adianto
Content Writer – CTI Group